SUHU AIR LAUT
Oleh: REZA FADLI
1. pengertian suhu
Dalam
oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan suhu atau temperature air laut
yaitu temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan
temperatur potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena
aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitas
(energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan kandungan
energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas
spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan
sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari
satu satuan massa fluida sebesar 1o. Jika kandungan energi panas nol
(tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara
absolut juga nol (dalam skala Kelvin). Jadi nol dalam skala Kelvin adalah suatu
kondisi dimana sama sekali tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam suatu
fluida. Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating)
di daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi.
Kisaran harga temperatur di laut adalah -2o s.d. 35oC.
Tekanan di dalam laut akan bertambah
dengan bertambahnya kedalaman. Sebuah parsel air yang bergerak dari satu level
tekanan ke level tekanan yang lain akan mengalami penekanan (kompresi) atau
pengembangan (ekspansi). Jika parsel air mengalamai penekanan secara adiabatis
(tanpa terjadi pertukaran energi panas), maka temperaturnya akan bertambah. Sebaliknya,
jika parsel air mengalami pengembangan (juga secara adiabatis), maka
temperaturnya akan berkurang. Perubahan temperatur yang terjadi akibat
penekanan dan pengembangan ini bukanlah nilai yang ingin kita cari, karena di
dalamnya tidak terjadi perubahan kandungan energi panas. Untuk itu, jika kita
ingin membandingkan temperatur air pada suatu level tekanan dengan level
tekanan lainnya, efek penekanan dan pengembangan adiabatik harus dihilangkan.
Maka dari itu didefinisikanlah temperatur potensial, yaitu temperatur dimana
parsel air telah dipindahkan secara adiabatis ke level tekanan yang lain. Di
laut, biasanya digunakan permukaan laut sebagai tekanan referensi untuk
temperatur potensial. Jadi kita membandingkan harga temperatur pada level
tekanan yang berbeda jika parsel air telah dibawa, tanpa percampuran dan
difusi, ke permukaan laut. Karena tekanan di atas permukaan laut adalah yang
terendah (jika dibandingkan dengan tekanan di kedalaman laut yang lebih dalam),
maka temperatur potensial (yang dihitung pada tekanan permukaan) akan selalu
lebih rendah daripada temperatur sebenarnya.
Satuan untuk temperatur dan temperatur
potensial adalah derajat Celcius. Sementara itu, jika temperatur akan digunakan
untuk menghitung kandungan energi panas dan transpor energi panas, harus
digunakan satuan Kelvin. 0oC = 273,16K. Perubahan 1oC
sama dengan perubahan 1K.
Seperti telah disebutkan di atas,
temperatur menunjukkan kandungan energi panas, dimana energi panas dan
temperatur dihubungkan melalui energi panas spesifik. Energi panas persatuan
volume dihitung dari harga temperatur menggunakan rumus Q = densitas*energi
panas specifik*temperatur (temperatur dalam satuan Kelvin). Jika tekanan tidak
sama dengan nol, perhitungan energi panas di lautan harus menggunakan temperatur
potensial. Satuan untuk energi panas (dalam mks) adalah Joule. Sementara itu,
perubahan energi panas dinyatakan dalam Watt (Joule/detik). Aliran (fluks)
energi panas dinyatakan dalam Watt/meter2 (energi per detik per
satuan luas).
Di samudera, suhu bervariasi secara horizontal sesuai garis
lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah
satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran
organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut
metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya
antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu
mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga sangat penting bagi
kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun
perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika
banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di
dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai
toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm.
Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm.
Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang
rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum
dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang
cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.
Beberapa ahli mengemukakan tentang suhu :
Nontji (1987), menyatakan suhu
merupakan parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap
kehidupan ikan khususnya dan sumber daya hayati laut pada umumnya.
Hela dan Laevastu (1970), hampir
semua populasi ikan yang hidup di laut mempunyai suhu optimum untuk
kehidupannya, maka dengan mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita
dapat menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk
tujuan perikanan.
Nybakken (1988), sebagian besar
biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga
suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyebaran organisme.
Sesuai apa yg dikatakan Nybakken pada tahun
1988 bahwa Sebagian besar organisme laut bersifat poikilotermik (suhu tubuh
sangat dipengaruhi suhu massa air sekitarnya), oleh karenanya pola penyebaran
organisme laut sangat mengikuti perbedaan suhu laut secara geografik.
Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara
keseluruhan maka dapat dibedakan menjadi 4 zona biogeografik utama yaitu:
kutub,
tropic,
beriklim
sedang panas dan
beriklim
sedang dingin.
Terdapat pula zona peralihan antara
daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah
sesuai dengan musim. Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup
baik pada kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C
menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya
cerna (Trubus Edisi 425, 2005).
Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7
ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi.
Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup suhu
yang sangat ekstrim. Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada
suhu optimum 20-30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan beberapa
ikan pelagis pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
oseanografi. Faktor oseanografis yang dominan adalah suhu perairan. Hal ini
dsebabkan karena pada umumnya setiap spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai
dengan lingkungannya untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya. Seperti
misalnya di daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di Perairan Siberut
puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26°C, Perairan Sipora 25-27°C,
Perairan Pagai Selatan 21-23°C.
2. Pengaruh suhu terhadap ikan
Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu
terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan
pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam
rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas
terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat
mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan
setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan
“kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling
penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground)
selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada
di daerah tersebut.
3. Dampak suhu terhadap ikan
Suhu berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu air
akan berpengaruh terhadap proses penetasan telur dan perkembangan telur.
Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan ikan berbeda untuk
setiap jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu
memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan :
a) Suhu dapat mempengaruhi
aktivitas makan ikan peningkatan suhu
b) Peningkatan aktivitas
metabolisme ikan
c) Penurunan gas (oksigen)
terlarut
d) Efek pada proses
reproduksi ikan
e) Suhu ekstrim bisa menyebabkan
kematian ikan. (Anonim, 2009. SITH ITB)
Bahan
bacaan :
·
Prager,
Ellen J, and Sylvia A. Earle, The Oceans, McGraw-Hill, 2000.
Jika
anda ingin mengetahui lebih tentang Karakteristik Massa Air silahkan klik fathonihamzah.co.id