Keuntungan
dan Kerugian AFTA ( Asian Free Trade
Agreement ) bagi Indonesia
AFTA adalah Asean Free Trading Agreement. jadi kebebasan
perdagangan di wilayah asia. Semua fasilitas dipermudah dengan bea masuk barang
impor sebesar 0%. Birokrasi dipotong sehingga barang bisa langsung masuk ke
negara bersangkutan.
Manfaat dan Tantangan
AFTA bagi Indonesia: Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk
Indonesia, dengan penduduk sebesar Ä… 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat
yang beragam, Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti
bagi pengusaha/produsen Indonesia yang sebelumnya membutuhkan barang modal dan
bahan baku/penolong dari negara anggota ASEAN lainnya dan termasuk biaya
pemasaran, Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar
domestik semakin banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu; Kerjasama dalam
menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di
negara anggota ASEAN lainnya..
Bukan keuntungan atau kerugian tetapi siapa yang “BISA BERUNTUNG” dan yang “AKAN RUGI”.
Di Asian Free Trade Agreement (perjanjian pasar bebas asia), negara-negara peserta (yang ikut perjanjian) bisa menjual produk
industrinya ke negara-negara peserta lainnya. Bebas bea masuk untuk produk-produk yang disertakan (dinyatakan) dalam
perjanjian itu. Kalau dikatakan apakah “Keuntungan
dan Kerugian”, yang ada lebih
banyak kerugiannya, karena serbuan produk dari
luar itu tidak akan bisa dibendung lagi,
padahal sebelum ikut AFTA ini (berlaku per 1 Januari 2010), serbuan
barang-barang expor Cina (LN)
itu sudah
membanjiri hampir semua pasar yang ada di Indonesia, bagaimana sekarang?
Pasti lebih besar lagi gerakan serbuan barang-barang itu.
KERUGIAN PARA PENGUSAHA MANUFACTURING
Kerugian akan terjadi di berbagai usaha produksi yang
barang-barangnya kalah harga, kalah mutu textil, pakaian
jadi, makanan kemasan, minuman kemasan, peralatan elektronik, alat-alat
kesehatan (berbagai kelas dari yang kecil sepeti bahan-bahan kebutuhan kesehatan sampai
alat kelas berat menggunakan nuklir yg datang dari
Cina), automotive (barang jadi, suku cadang), dan lain
sebagainya. Perusahaan-perusahaan itu akan gulung tikar (bangkrut) atau
membangkrutkan diri karena si pengusaha lebih
suka mencari untung sebagai pengimport barang, sebagau
distributor (mata rantai perusahaan LN), atau langsung sebagai pedagang kelontongnya sekalian.
SIAPA YG MERUGI?
Nah, siapa yg akan RUGI?, yang merugi ya para pekerja Indonesia yang
selama ini bekerja di berbagai perusahaan produksi yang
produknya kalah bersaing, perusahaannya ditutup, pemilik
perusahaannya berpindah menjadi pedagang kelontong itu. Selain itu, yang
merugi ya para sarjana berbagai
jurusan terkait berbagai produksi (manufacturing, industri, teknik
otomotiv, dll) juga para mahasiswa di barbagai jurusan terkait, karena
mereka akan kehilangan kesempatan kerja di berbagai
bidang itu.
MASYARAKAT DIUNTUNGKAN?
Masyarakat sebagai konsumen, pengguna, penikmat berbagai
barang expor LN yang lebih murah (mungkin lebih
berkualitas) itu tentu merasa diuntungkan, tetapi hanya sebatas sebagai
konsumen. Perlahan tapi pasti, kekuatan daya beli masyarakat secara umum juga
akan turun, bersamaan
dengan bertambahnya anggota masyarakat yang
ter-PHK karena perusahaannya ditutup, kalah
bersaing di pasar bebas.
APA dan SIAPA yg BISA beruntung?
Indonesia punya bahan baku industri dan kerajinan yg seharusnya
bisa dilindungi agar tidak dijual ke LN sebagai
bahan baku mentah, tetapi sebagai produk jadi. Terutama
bahan baku yang hanya (atau banyak) ada di Indonesia sepeti rotan, serat eceng gondok, kulit hasil tangkaran
(buaya, biawak, ular, dll ada juga kulit BULLFROG di Sumatra selatan),dan
berbagai bahan lainnya, yang dibuat sedemikian rupa
menjadi barang-barang seni, assesoris (tas, dompet, dll), dan
juga produk Batik,
kain-kain
tenun (dari berbagai daerah),dll. Semua kegiatan
industri kecil atau rumahan yang lebih banyak mengandalkan ketrampilan tangan (bukan
mesin) akan bisa menjual produksinya ke LN. Jadi
harus spesifik lokal-an (ke daerah-an), dan unik
yang tidak bisa dibuat oleh perusahaan/industri LN. Waspada, Cina
juga membuat kain batik (industri, mesin), dan
pakaian bermotif batik juga,
dan barangnya sudah
menyerbu pasar-pasar di Indonesia. Nah, siapa yang bisa beruntung, tentu saja mereka yang bergerak di bidang-bidang usaha yang menggunakan bahan-bahan baku yang hanya (kebanyakan ada) di Indonesia itu, tetapa hanya bisa beruntung, selama bahan baku itu tidak
dijual ke LN dalam bentuk bahan mentah.
Coba lihat rotan mentah yang terus saja dijual ke LN, ke Taiwan, dan industri disana yang beruntung. Jadi, Bisa menjadi beruntung kalau ada usaha-usaha dari banyak orang, si pelaksana lapangan (pengusaha
penjual bahan mentah), dan si pelaksana tingkat pemerintah yang
membuat peraturan untuk mempertahankan agar bahan baku itu tetap bisa diberi nilai tambah di dalam negeri, dengan
mempersiapkan kursus-kursus ketrampilan, memberikan kemudahan berusaha,
memberikan pinjaman modal, mencarikan pasar di LN. Intinya,
jangan berusaha di bidang-bidang yang sudah semi-industri dan full industri, karena
akan kalah bersaing dengan negara-negara tetangga, tetapi lebih fokus ke usaha-usaha padat karya yang
lebih manual dan semi-manual dengan
bahan baku lokal-an. Industri-industri pariwisata, kesenian Indonesia, handycraft,
dll harus lebih dikedepankan, meski berada di dalam
negeri tetap pembelinya akan datang dari
mancanegara (wisatawan LN). Nggak gampang juga, lihat sarana dan pra-sarana-nya, lihat biaya-biaya siluman-nya, lihat
pungli-pungli, begitu banyak hambatan yang
harus dihilangkan. Bukan perkara kecil dan gampang untuk
bisa beruntung di AFTA, masih banyak lagi yang harus dipertimbangkan, dianalisa, diperhitungkan, dirancang, dan dilaksanakan.
Jadi
,intnya:
Keuntungan : Indonesia bisa memasukkan barang
dagangan ke negara lain tanpa syarat-syarat yang susah.
Kerugian : barang dari LN terutama China lebih
murah sehingga dapat menyebabkan barang domestik tidak laku.Ujung-ujungnya PHK tenaga kerja dan penggangguran meningkat.
0 komentar:
Posting Komentar